Sebenarnya wejangan bapak kali ini, kalau aku analisa, berlatang belakang kejadian di pagi hari dan sore hari sebelum kami berbuka puasa di hari itu. kronologisnya kurang lebih seperti ini :

Pagi hari, di toko.


Aku terlibat bincang-bincang dengan om ku. yang dulu ketika aku sekolah di malang, aku bertempat tinggal di rumahnya. Perbincangan yang awalnya biasa-biasa saja itu, hanya sebatas bertanya tentang keadaan ku setelah lulus SMK, keadaan kampus, teman-temanku yang baru, hanya itu saja. Tapi di akhir perbincangan kami, beliau yang mengetahui bahwa bulan lalu aku pergi ke pulau sempu, langsung berceloteh dengan nada yang cukup keras, terlihat begitu semangat :

Baca selengkapnya »


We Found a Love~

Yah, kami sampai. Sampai ke pulau yang memang menjadi tujuan utama kami : SEMPU! sedikit curcol, ini salah satu tempat yang menjadi cita-cita saya semenjak SMK, dan baru kali ini terealisasi. Tapi tak pernah membuat kendur semangatku untuk menyelesaikannya, menuju ke pantai utamanya : SEGARA ANAKAN, pantai yang menarik menurutku, karena bentuknya yang gak seberapa besar, dikelilingi bukit-bukit batu yang indah. Ada sebuah lubang, yang merupakan tempat masuknya air dari samudera Hindia, sesekali, saat ombak besar datang, air laut masuk ke segara anakan, sangat indah.

Tapi, perjalanan kami tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena sifat tercela kami, sok tau,  membuat kami melewati jalan yang salah. Ada tiga jalan yang tersedia, anggap saja jalan sebelah kanan, tengah dan kiri. Seharusnya, kami memilih jalan tengah, jalan normal. Atau paling tidak melewati jalan yang agak berat, jalan kanan, yang juga disebut sebagai jalannya para pecinta alam. Tapi, apa yang kami lakukan? Kami memilih jalan kiri!!! Dan itu ternyata merupakan jalan ke Telaga lele. Kesalahan paling mendasar sebenarnya sudah terlihat, kalau saja kami tak terlampau emosi saat itu, kalau saja logika kami sedikit berjalan saat itu, kalau saja semangat kami tak berlebihan ketika itu. Tujuan kami berada di bagian kanan pulau (dalam peta sudah terlihat), tapi kami memilih jalan ke kiri, what the fuck? #ah

Sudahlah, kami memilih jalan kiri, jalan yang sepertinya jarang dilewati orang, masih penuh dengan tumbuh-tumbuhan, semak belukar, duri, dan lumpur. Sudah tak terhitung tanganku berapa kali harus terkena duri, tersayat tumbuhan, dan kaki ku yang tersangkut akar. Sesuatu yang tak pernah berada dalam pikiranku sebelumnya adalah ketika aku harus melewati medan yang menanjak untuk mencapai pantai dan itu aku lakukan. Awalnya aku optimis sajalah, apalagi kami sesekali mendengar suara ombak, sungguh harapan kami untuk segera menemukan pantai menjadi begitu besarnya, dan besoknya kami baru tersadar bahwa itu adalah suara angin, "dasar angin PHP"-gumamku saat itu.

Hari semakin gelap, aku hampir berada di puncak sebenarnya, aku yang berada di depan ketika itu, tapi setelah aku hanya melihat semak belukar dan mustahil untuk melewatinya, aku memutuskan untuk turun. "Turun, gak mungkin ini jalannya, buntu!!" Kami mundur satu persatu, agak sulit karena memang agak curam. aku, odhan dan adir menunggu cukup lama di atas, sambil bercerita, makan, dan membayangkan yang aneh aneh. Kami menunggu sampai semua selesai dan sampai bawah. Setelah beberapa saat terlibat diskusi serius (sumpah, selama di komunikasi aku gak pernah terlibat diskusi se serius ini, it's really seriously discussion), kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat lapang dan membangun tenda untuk beristirahat.

Setelah menemukan tempat yang layak, kami memulai membangun tenda, menyiapakan dapur, dan beberapa melepaskan lelah. disinilah, kami menemukan sesuatu yang jarang sekali kami temui saat berada di tempat yang serba berada seperti surabaya. Kami menemukan cinta di tempat itu, entah dimana, yang jelas di pulau sempu. Kami bergotong royong, saling membantu, melakukan kegiatan bersama-sama (kecuali buang air), makan bersama, lapar bersama. Itu adalah salah satu momen dimana aku lebih memikirkan keadaan temanku daripada keadaanku sendiri, itu salah satu momen yang membuatku menemukan salah satu arti kehidupan.

Kikik melakukan kesalahan saat itu, dia gagal menanak nasi, tapi kami tak pernah marah kepadanya, mungkin hanya sesekali mengejeknya, agar dia lebih termotivasi ke depannya. Inilah salah satu bentuk perubahan kami, bayangkan saja kalau kikik melakukan kesalahan itu di tempat mapan seperti kampus kami, mungkin dia akan di hujat habis-habisan oleh teman-teman.

Karena kesalahan tadi, kami tak makan nasi untuk malam itu, kami juga tak mencoba untuk menanak nasi lagi, menyimpannya untuk besok pagi, kami hanya makan mie instan malam itu, tapi itu bukan masalah besar, kami tetap masih bisa tidur nyenyak malam itu. Mungkin beberapa dari kami terlibat obrolan menarik dengan geboy, sehingga mereka memutuskan hanya tidur-tiduran saja, sambil ngobrol dengan lakon utamanya adalah geboy. Begitu banyak masalah yang mereka bahas, sampai aku yang hanya mendengar beberapa saja, tak begitu mengerti arah pembicaraan mereka akan kemana, akan menghasilkan apa, dan akan membawa dampak apa. Aku memutuskan menyimpan tenaga saja untuk beraktifitas di pagi hari.

Karena suara berisik dari balik semak-semak, sekitar pukul 4 pagi aku terbangun, dengan sedikit khawatir, aku berbisik dengan adit yang dari tadi malam belum memejamkan matanya, "dit, celeng (babi hutan) dit.", bisikku ketika itu. Karena takut dengan babi hutan, langsung membalas, "kamu bangun aja, usir-en celengnya, aku belum tidur. aku takut celeng ndor". Setelah meminta korek api, aku bangun, mencoba melihat sekeliling dengan lampu, dan ternyata tak ada apa-apa. Aku mencoba langsung beranjak, memulai kegiatan. entah kenapa, aku pengen masak pagi itu, dengan korek api yang sudah aku pegang, aku menyalakan kompor, mencoba menanak nasi, sama dengan teknik yang di pakai kikik, hanya saja aku menggunakan api kecil. Pikirku, ini letak kesalahan kikik semalam, apinya terlalu besar, sehingga membuat plastik yang membungkus nasinya hanyut. Aku sendirian pagi itu, balum ada yang bangun. sedikit perasaan was-was sebenarnya, was-was bila tiba-tiba ada babi hutan datang dan menyerangku pagi itu. haha.

Dan ternyata caraku menanak nasi berhasil, yeah. Kikik bangun bersamaan dengan nasi yang sudah matang, kugoda dia, mengungkit kesalahannya tadi malam. Entah kenapa, dia selalu membela dirinya, seolah dia bukan biang dari nasi plastik yang dia buat kemarin malam. #ah
(cont)


Diberdayakan oleh Blogger.