FORUM DISKUSI AKAR RUMPUT
KAMIS, 18 OKTOBER 2012
“MENUJU MAHASISWA KOMUNIKASI IDEAL (?)”

“Ideal” merupakan kata yang memiliki tingkat abstraksi tinggi dan kerap kali memunculkan perdebatan. Hal itu berlaku saat kita membahas mengenai konsep ideal seorang mahasiswa, terutama mahasiswa komunikasi. Melalui sebuah diskusi dengan tema “Menuju Mahasiswa Komunikasi Ideal (?)”, kami mencoba menemukan suatu  titik temu guna mendapat gambaran mahasiswa komunikasi ideal.  Lebih dari itu, kami juga ingin melatih kemampuan analisis dan logika berpikir.

Diskusi yang dilaksanakan di pelataran gedung B FISIP Unair dimoderatori oleh M. Bisri dan notulen, Fajrin MB yang keduanya merupakan mahasiswa komunikasi 2011. Pada awal diskusi, Bisri memberikan pengantar mengenai alasan pemilihan tema “Menuju Mahasiswa Komunikasi Ideal. Sontak, pengantar tersebut memantik argumen dari Prasasti (2011) yang berpendapat bahwa mahasiswa ilmu komunikasi ideal dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, pada tataran individual, ideal berarti kembali pada pemahaman individu. Masing-masing individu memiliki gambaran ideal sendiri dan seharusnya seorang mahasiswa dapat membawakan gambaran ideal tersebut. Pada tataran yang lebih luas, mahasiswa komunikasi yang ideal seharusnya bisa menguasai keseluruhan teori yang diajarkan, paling tidak memahami dasar atau inti teori-teori tersebut.

Hal ini bertolak belakang dengan pendapat dimas atau yang lebih dikenal dengan kembon (2009). Mas Kembon menyatakan bahwa mahasiswa ilmu komunikasi ideal seharusnya fokus dalam satu bidang tertentu. Dengan fokus itu pula, mahasiswa lebih bisa mengeksplorasi diri. Dimas menilai bahwa masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa yang tepat untuk mengembangkan kemampuan secara “bebas”. Poin itu juga yang diamini oleh Yoga atau Boni (2010), dia menambahakan bahwa keseimbangan secara teori maupun praktek sangatlah penting dalam membentuk mahasiswa yang ideal. Alangkah baiknya jika teori yang sudah didapat di perkuliahan dapat dipraktikan.

Menanggapi pernyataan Yoga, ilmi (2009) yang juga mantan Kahima Komunikasi, teringat tentang sistem pendidikan perguruan tinggi Indonesia yang dirasa belum matang. Dia juga memperdebatkan bahwa seharusnya ada batasan yang jelas, khusus untuk komunikasi, terkait dengan jenjang pendidikan Strata-1 atau Diploma. Dasar filosofis Strata-1 dan Diploma ini sebenarnya sudah jelas, namun dalam prakteknya berjalan dengan sedikit berbeda. Kalau memang jenjang pendidikan sebuah jurusan Strata-1, maka porsi riset dan analisis lebih besar daripada praktis. Itulah mengapa, jenjang pendidikan menentukan system kurikulum yang digunakan. Selain itu, perlu adanya penanaman pemahaman pada mahasiswa atas jenjang pendidikan yang sedang ditempuh.

Dalam diskusi yang dihadiri oleh delapan belas orang ini, pendapat mahasiswa ideal juga didapatkan dari sudut pandang luar komunikasi (eksternal). Pandangan pihak luar, khususnya teman-teman di FISIP, dapat menjadi masukan dalam proses idealisasi mahasiswa komunikasi. Salah satunya adalah pandangan bahwa mahasiswa Komunikasi Fisip Unair terlihat bersikap sombong dan merasa eksklusif. Pandangan tersebut diperkuat dengan beberapa kali konflik antara mahasiswa ilmu komunikasi dangan jurusan lain. Seharusnya, hal ini bisa menjadi otokritik atau bahan instrospeksi bagi mahasiswa Komunikasi Fisip Unair. Dalam menyikapi hal tersebut, Nadhliyah (2008) persepsi eksklusif yang seolah melekat pada mahasiswa Komunikasi hendaknya bukan hanya dimaknai secara positif saja, tetapi perlu juga adanya pembuktian diri bahwa kita, mahasiswa Komunikasi Fisip Unair, memiliki karya dalam bentuk apapun seperti film, foto, video, tulisan-tulisan, event, dan lain sebagainya. Jujur saja, secara kuantitas dan kualitas, karya mahasiswa Komunikasi Fisip Unair kalah dengan yang lain, terutama jurusan yang sama di kampus yang berbeda. Nadhliyah juga menambahkan bahwa jika kita memang sedang berkompetisi dalam menghasilkan karya-karya, kompetitor kita yang sebenarnya adalah mahasiswa Komunikasi dari Universitas lain. Bukan hanya saat kuliah saja, melainkan saat menghadapi dunia kerja.

Menilik hasil diskusi yang sudah dikemukakan, forum akhirnya menemukan beberapa titik temu mengenai mahasiswa komunikasi ideal. Pertama, mahasiswa komunikasi diharapkan dapat menguasai yang telah diajarkan. Teori yang didapat oleh kita seharusnya tidak berakhir menjadi memori yang terlupakan setelah kelas usai. Teori-teori yang didapat seharusnya dapat menjadi petunjuk, prediksi, atau lensa yang bisa digunakan untuk membaca realitas. Kedua, tidak hanya pemahaman secara teoritis saja, mahasiswa seharusnya dapat mengimbangi pemahaman tersebut dengan praktik. Ketiga, hal yang praksis itu pun akan lebih baik jika berbuah menjadi sebuah karya. Karya yang dihasilkan dapat berupa apa saja dan seharusnya dihasilkan secara berkala. Mahasiswa Komunikasi tidak seharusnya tidak berkarya atau berkarya sekali atau dua kali lalu berhenti. Keempat, walau mahasiswa Komunikasi Fisip Unair mempelajari banyak teori atau kajian atau praktis, alangkah baiknya bila kita sudah bisa berfokus pada satu bidang. Justru dengan fokus pada satu bidang itu lah, kita bisa mengeksplor lebih dalam bidang yang menjadi fokus kita. Dan terakhir yang juga merupakan poin penting yang kerap dilupakan oleh kita adalah menjaga hubungan dengan lingkungan sosial, dimulai dari hal yang paling dekat dengan komunikasi Fisip Unair.

Dari hasil diskusi Kamis lalu, Forum menemukan beberapa pandangan tentang mahasiswa komunikasi ideal. Yang jadi permasalahan kemudian adalah bagaimana teman-teman mahasiswa komunikasi yang lain dapat memahami dan paling tidak, sadar danmengetahui wacana ini. Teman-teman boleh sependapat atau tidak sependapat dengan forum. Oleh sebab itu, kami dengan senang hati mengundang teman-teman untuk datang, saling bertukar pikiran, mencari solusi, dan kemudian beraksi.


Salam,
FORUM AKAR RUMPUT

fajrin/rara/sasti/sugab/rendy/kopler/razif/verlita/tyan/luqman/yordhan/tatit/bisri/boni/aziz/taufiq/dimas/ilmi/bima/nadd



Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.