Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sering merasa perlu menulis tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah percintaan remaja. Ngasih saran ini itu, yang belum tentu bener, belum tentu mujarab buat diaplikasikan, dan yang pasti aku sendiri hanya sebatas teori dan harapan, kalaupun sudah aku lakukan, mungkin~ ... haha.

Kali ini tetep, cuma kelihatannya lebih nyanteh. aku pengen mendefinisikan teori baru tentang pendekatan. pendekatan kepada seseorang. teori ku kali ini bernama "TEORI KEKEKALAN HUBUNGAN", teori ini sifatnya agak eksak, karena aku mengambil hukum kekekalan energi  (hukum I termodinamika) dari ilmu alam sebagai dasar terciptanya teori ini. Dan juga hukum momentum dari Fisika sebagai penunjang dari teori ini. Kedua hukum tersebut sifatnya saling melengkapi, artinya menjadi kuat apabila keduanya berjalan beriringan satu tujuan. #ah

Langsung saja, coba kita cermati dan tela'ah hukum kekekalan energi yang berbunyi "Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi)". Setelah itu, coba kita masukkan dalam kehidupan sosial, kita konversikan kata "energi" menjadi kata "perasaan". Menurutku, keduanya memilki karakteristik yang sama, mereka tak ada yang menciptakan dan memusnahkan (Tuhan sebagai pengecualian) tetapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Perasaan itu datangnya mak bedunduk kalo kata temenku yang dari pare. Sejak lahir sudah tercipta, beriringan dengan kelahiran. Karena pada hakekatnya sudah ada layaknya energi, kita tak bisa memesan ataupun memilih mau yang bagaimana tipe perasaan yang akan ada di dalam tubuh kita. 

Tapi, perasaan bisa berubah ataupun kalau kita sudah benar-benar siap dan dewasa, kita bisa mengubah dan menyesuaikan perasaan kita. Kalo dalam psikologi, Shifting adalah cara yang bijak jika kita ingin menjadi orang yang gak mudah dipermainkan oleh perasaan orang lain atau bahkan oleh perasaan sendiri. Jika perasaan dimasukkan dalam hukum termodinamika (Kalor masuk = kalor keluar | perasaan masuk = perasaan keluar) yang dihubungkan dengan waktu, maka akan menghasilkan sesuatu yang menarik. analoginya akan seperti ini :


  • Ketika kita berbicara tentang benda, misal aspal, aspal jalan yang terkena panas pada siang hari, maka butuh waktu yang sama bagi aspal di jalan untuk melepaskan panas yang diterimanya pada malam harinya. Atau setrika yang dinyalakan dari posisi derajat panasnya rendah sehingga mencapai derajat panasnya tinggi, maka butuh waktu yang sama juga bagi setrika untuk kembali dari derajat panas tinggi ke posisi derajat panas rendah.

  • Sama halnya dengan perasaan, ketika mencoba merubah perasaan (sendiri maupun orang lain) usaha / waktu yang dibutuhkan akan sama dengan hasil / waktu yang didapatkan. langsung pada aplikasinya : kita mencoba mendekati seseorang, mencoba merebut hati, menumbuhkan perasaan suka, membuat seseorang tertarik kepada kita. maka, jika kita ingin perasaan suka / tertarik itu bertahan lama, maka dalam membangunnya pun harus dalam waktu yang gak instan. Ambil contoh pengalamanku yang pernah suka kepada seseorang, saat masih labil dulu, ketika aku berhasil membuat seseorang suka padaku hanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, sesingkat-sesingkat itu pula perasaan suka orang tersebut memudar. Aku pernah tak sengaja membuat orang suka (hanya suka, tak mencinta) padaku, tapi perasaan suka orang itu muncul setelah hampir 10 tahun kami berteman, akhirnya sampai sekarang dan insya Allah sampai kapanpun, kami akan terus menjadi teman baik, amin.
  • Tapi, menjadi persoalan lain jika kita ingin menciptakan hubungan yang lebih serius, yang lebih intens, yang kemungkinan akan berlanjut sampai bahtera pernikahan. 
Akan dibahas dalam tulisan berikutnya >>


Murni Subyektifitas,
CMIIW,
samrodnam. :)


Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.