"Menjadi jurnalis perempuan itu harus bermental baja. Resiko yang dihadapi di lapangan tidak jauh berbeda dengan jurnalis pria" - Marta Nurfaidah, jurnalis perempuan koran Surya.
kemarin teman saya sms, teman SMK, sudah lama ndak bertemu, kangen katanya, untuk memenuhi rasa penasarannya, saya meng-iya-kan permintaannya untuk bertemu. tadi siang, saya bertemu teman saya, setelah ngobrol sebentar, sana sini, ini itu, saya pamit, ndak lama obrolan kami, sekitar 15 menit. sambil berlalu, sedikit berteriak, ia berkata :
"sok mben, lek awakdewe kumpul-kumpul ambek arek-arek, ajaken katnis evendin mu yo ndor?"
Aku sedikit bingung, juga agak berteriak, balik bertanya :
"hah? sopo? katnis?"
dia menghilang, ke dalam ruangan.
ada yang merasa bernama katnis?
bantu saya mencarinya,
mandor.
Beberapa waktu lalu, seorang teman perempuan saya berkata :
"Ndor, perasaan kon 21 tahun kurang sak wulan, pengalamanmu sak arat-arat, koncomu nandi-nandi, siji seng gak tau kon duwe".
Aku, yang sebenernya sudah tau dia akan mengarahkan pembicaraannya kemana, balik bertanya :
"opo iku?"
Dia menjawab, dengan penuh kebanggan dan sedikit mengolok-olok :
"PACAR".
Saya diam, sedikit tersenyum, dan dalam hati saya :
"yah, karena memang saya memilih untuk itu sementara ini."
salam hangat,
orang yang sedang berusaha memilih. :)
Malam ini saya tiba-tiba terbangun, entah. badan saya gemetaran. mulut saya terkunci. ketikan ini, mungkin, kalo dilakukan lewat papan ketik yang lebih berat, mungkin saya tidak bisa melakukannya. Saya tiba-tiba seperti berada didalam dilema besar, entah apa itu. saya berusaha menuliskan, tapi tak tahu deskripsi yang pas untuk menggambarkannya.
Sayup-sayup terdengar tampak seperti suara petir, saya tidak tahu pasti itu apa. Yang jelas disini tidak hujan, mungkin dibelahan bumi lain sedang hujan. entah juga, rasa ketakutan saya bertambah ketika itu. saya ingin berteriak, tapi kenapa saya ndak mampu hanya untuk berdiri saja? aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, ada apa ini?