Sejauh ini perempuan dan media
massa ada sebuah titik permasalahan yang masih belum bisa diatasi. "Representasi
perempuan di media massa itu sendiri menjadi sebuah lingkar persoalan yang
lumayan mencakup banyak hal. Pandangan perempuan sebagai sebuah objek, salah
satunya", Emi sedikit curhat. Isi pemberitaan yang seringkali menempatkan perempuan di titik
terlemah sebagai korban, pihak yang tidak berdaya, atau bahkan menjadi pihak
yang memancing terjadinya kriminalitas di kalangan masyarakat. Hal ini bisa
diantisipasi bila yang meliput pemberitaan diimbangi oleh keberadaan jurnalis
perempuan. "Penempatan pandangan jurnalis pria akan wanita sebetulnya juga perlu
untuk diperbaiki, agar setidaknya meskipun penulisan dibuat oleh jurnalis pria
tetapi diskriminasi gender dalam tulisan bisa diminimalkan", Marta beragumen.
"Ada pula komersialisasi keindahan
tubuh wanita di media-media audio visual juga turut menambahi daftar
diskriminasi gender perempuan di media", Hany mencoba melebarkan cakupan diskusi. Peran perempuan di media periklanan
biasanya dimanfaatkan sebagai objek yang mampu memancing ketertarikan konsumen. "Ada pula peran perempuan yang biasa ditampilkan di layar sinetron, biasanya ada
unsur polarisasi yang kuat. Antara peran yang begitu ‘jahat’, dan ada peran
yang begitu ‘baik’ dan lemah. Porsi dan peran perempuan di sini yang
ditempatkan seperti itu, membuat orang berpandangan sebelah mata akan
perempuan, sehingga profesi jurnalis dirasa kurang tepat bila dipegang oleh
seorang perempuan", Marta mencoba menanggapi.
Selain ada komersialisasi dan
diskriminasi, ada juga marjinalisasi dan subordinasi kaum perempuan. Tampilan
visual dan seringnya pemunculan perempuan dalam media yang tersampingkan membuat
pandangan marjinalisasi kaum perempuan menjadi timbul di masyarakat. "Perempuan
dianggap tidak bisa mengalahkan dominasi pria di media. Pria dipandang lebih
superior daripada perempuan. Padahal isu-isu perempuan di masyarakat masih
banyak yang bisa diangkat dan dijadikan pembahasan di media", sambung Marta. Tetapi, dalam kenyataannya, hal ini
dikesampingkan akibat subordinasi kaum perempuan di media.(bersambung~)