Dari output kerja yang dihasilkan, biasanya ada rubrikasi sendiri yang
memisahkan antara jurnalis perempuan dan jurnalis pria. Sudut pandang perempuan
biasanya dituangkan di rubrik yang membahas tentang serba-serbi dunia
perempuan. "Di Jawa Pos, nama rubriknya adalah 'For Her'. Meskipun ada juga
masukan tulisan dari jurnalis pria di situ, tetapi jumlah artikelnya didominasi
oleh perempuan", jelas Aini yang mencoba sedikit berbagi pengalaman tentang tempat ia bekerja.
Sudut pandang pria biasanya dipasangkan dengan rubrik olahraga,
di mana dunia itu memang sudah didominasi oleh maskulinitas dan kompetisi yang
disukai kaum pria. Rubrik olahraga jarang sekali diisi oleh jurnalis perempuan.
Tetapi hal ini tidak menjadi sebuah ketimpangan yang berarti. "Ketika jurnalis
pria maupun jurnalis perempuan terjun ke lapangan meliput berita-berita yang
menyangkut isu-isu politik dan sosial, kemampuan menulis-lah yang menciptakan
perbedaan kualitas antar jurnalis, dan tidak dipandang berdasarkan gender", tegas Marta.
Persoalan Perempuan di Media Massa
Permasalahan yang dialami perempuan
di dunia media massa sebetulnya mengerucut pada tiga hal inti. Gambaran atau
representasi wajah perempuan yang sering tidak menyenangkan di media. Hal ini
dikarenakan pembaca terbiasa dengan tulisan pria yang lebih menonjolkan
maskulinitas sehingga feminisme di media diyakini akan tidak sesuai dengan
rubrikasi media selama ini.Keterlibatan perempuan dalam sturktur organisasi
media juga belum berimbang dibandingkan dengan pria. "Di satu sisi perempuan
adalah makhluk yang lebih rajin dan disiplin waktu daripada pria.Akan tetapi
soal kemampuan berorganisasi pria dipandang sebagai “The lead of power”
sehingga secara tidak langsung itu akan mengesampingkan campur tangan perempuan
ke dalam struktur organisasi", Aini melanjutkan ceritanya.
Isi pemberitaan yang tidak sensitif dengan
persoalan-persoalan perempuan akhir-akhir ini masih bisa dijumpai di beberapa
media. Tetapi ada pula media yang mampu mengatasi persoalan ini dengan
menciptakan rubrik khusus untuk perempuan. Namun melihat dari banyaknya
ketidakseimbangan mengenai persoalan pria dan perempuan di dunia
jurnalisme,maka di sini lah peran jurnalis perempuan untuk turun tangan. (bersambung~)