Hari ini saya mendapatkan kuliah komunikasi politik, yang salah satu bahasannya tentang "teknologi mempengaruhi sosial - budaya masyarakat". Pak Henry, dosen komunikasi politik, beranggapan bahwa teknologi berperan penting dalam mengubah peradaban manusia. Tetapi, dalam perspektif saya, teknologi hanya dijadikan sebagai alat saja. sebatas instrumen yang mendukung kepentingan dari segelintir orang, terutama orang-orang kapitalis. Teknologi hanya alat untuk memuluskan kepentingan mereka, menyebarkan paham kapitalis ke seluruh dunia.
Itu menurut saya, anda berhak berpendapat.
CMIIW,
samrodnam.
Kadang, aku hanya perlu merasa memilkimu~
Kadang, aku merasa perlu hanya memilikimu~
Kadang, aku perlu merasa hanya memilikimu~
Kadang, aku merasa hanya perlu memilikimu~
Kadang. aku perlu hanya merasa memilikimu~
Kadang, aku hanya merasa perlu mimilikimu~
perlu bukan berarti cukup,
bukan juga berarti harus
merasa bukan berarti mengalami,
bukan juga berarti nyata
memilikimu,
bukan berarti membuatmu semakin jauh
hanya saja,
hanya itu
oleh : samrodnam, di dini hari.
Aku suka mematikan lampu kamar, sebab rinduku mampu menyala lebih terang daripada sebuah bola pijar...
~untuk seseorang
Dia termasuk salah satu orang yang paling sering mengucapkan kata rindu kepadaku~
"Pacaran itu simbol dari 'pengerdilan' makna ikatan cinta yang sangat dalam. Kita terlalu menganggap remeh. Dan kadang itu(pacaran) mengganggu banyak kegiatan positif kita. Tergantung orangnya seh~"
Pernyataan saya diatas beberapa hari yang lalu langsung ditanggapi oleh salah satu teman perempuan sesama aktivis di kampus. kurang lebih seperti ini :
"Oke kalo gitu, tak rewangi kon jomblo sampek ketemu wong seng bener-bener serius."
#ah
akhirnya setelah sekian lama, ada manusia yang sependapat dengan saya tentang hal asmara.
CMIIW,
samrodla.
Saat ini bukan jam tidur siang.
Saat ini bukan saatnya untuk galau, gelisah atau pun resah.
Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengikat anak orang.
Saat ini bukan tempat yang tepat untuk menyesali hari kemarin.
Saat ini waktunya belajar
Saat ini waktunya berinovasi
Saat ini waktunya bergerak maju
Saat ini waktunya menghasilkan sesuatu
SEMANGAT!
samrodnam.
Ketika saya mendekati atau menginginkan seseorang untuk paling tidak suka kepada saya, saya selalu menggunakan "cara kotor" yang pernah disampaikan oleh guru saya dulu.
Berbeda dengan saat ini, saya menggunakan "cara Tuhan" untuk merealisasikan keinginan saya terhadap anda, yang paling sederhana sekalipun.
Karena yang saya harapkan dari anda adalah benar yang sebenar-benarnya kebenaran. saya mencoba serius tapi tidak memaksakan.
~entahlah.
- Ketika kita berbicara tentang benda, misal aspal, aspal jalan yang terkena panas pada siang hari, maka butuh waktu yang sama bagi aspal di jalan untuk melepaskan panas yang diterimanya pada malam harinya. Atau setrika yang dinyalakan dari posisi derajat panasnya rendah sehingga mencapai derajat panasnya tinggi, maka butuh waktu yang sama juga bagi setrika untuk kembali dari derajat panas tinggi ke posisi derajat panas rendah.
- Sama halnya dengan perasaan, ketika mencoba merubah perasaan (sendiri maupun orang lain) usaha / waktu yang dibutuhkan akan sama dengan hasil / waktu yang didapatkan. langsung pada aplikasinya : kita mencoba mendekati seseorang, mencoba merebut hati, menumbuhkan perasaan suka, membuat seseorang tertarik kepada kita. maka, jika kita ingin perasaan suka / tertarik itu bertahan lama, maka dalam membangunnya pun harus dalam waktu yang gak instan. Ambil contoh pengalamanku yang pernah suka kepada seseorang, saat masih labil dulu, ketika aku berhasil membuat seseorang suka padaku hanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, sesingkat-sesingkat itu pula perasaan suka orang tersebut memudar. Aku pernah tak sengaja membuat orang suka (hanya suka, tak mencinta) padaku, tapi perasaan suka orang itu muncul setelah hampir 10 tahun kami berteman, akhirnya sampai sekarang dan insya Allah sampai kapanpun, kami akan terus menjadi teman baik, amin.
- Tapi, menjadi persoalan lain jika kita ingin menciptakan hubungan yang lebih serius, yang lebih intens, yang kemungkinan akan berlanjut sampai bahtera pernikahan.
Pada Desember 2010, ketika The Drug Lords, buku mengenai hasil kerja liputan investigatif saya selama lima tahun, terbit, buku itu juga menjadi vonis mati. Saya dijadikan target mati oleh sejumlah pejabat tinggi di Kementerian Keamanan Negara rezim Presiden Felipe Calderon. Sebab, buku tersebut mengungkap hubungannya dengan para penculik dan Kartel Sinaloa, salah satu kartel paling besar di dunia menurut DEA, badan narkoba AS.
Sejak 1 Desember 2010, kepala saya seolah sudah dipasangi banderol harga untuk dibunuh. Dan sejak saat itu pula, saya memutuskan berjuang demi hidup saya. Sebab, saya terancam kehilangan hal-hal yang paling saya cintai. Keluarga saya diserang, saudara perempuan saya berkali-kali dilecehkan di rumahnya sendiri oleh orang-orang tak dikenal yang bersenjata, dan orang-orang yang menjadi narasumber saya kini tak lebih menjadi deretan nama dalam daftar orang hilang. Atau terbunuh. Atau dipenjara dalam peradilan yang dipaksakan. Tiap hari saya terbangun dengan menanggung beban
itu, juga tak pernah tahu kapan giliran saya tiba. Seluruh dunia tahu bahwa kehidupan di Meksiko bagai di neraka. Tapi, dunia tak akan pernah tahu bagaimana kehidupan sehari-hari yang ada di sana. Tak pernah tahu bahwa apa yang terjadi di Meksiko mungkin tak akan pernah terjadi di bagian mana pun di dunia ini. Saya telah berkali-kali bertemu dengan jurnalis dari seluruh dunia yang telah datang ke Meksiko dalam beberapa tahun terakhir dan merasakan sendiri bagaimana mendebarkannya melakukan safari teror dan kematian.
Pemenang Nobel Mario Vargas Llosa pernah berkata bahwa kediktatoran yang sempurna itu kini terjadi Meksiko. Yang terjadi di Meksiko sekarang adalah kediktatoran kriminal yang lengkap. Rezim paling ganas dalam sejarah kejahatan terorganisasi (mafia) yang jalin-menjalin berkelindan dengan kekuatan politik dan ekonomi, yang diperparah dengan sistem pemerintahan korup sekaligus mandul dalam penegakan hukum. Kombinasi itu menciptakan masyarakat yang begitu takut sehingga membuat rezim tersebut semakin tumbuh, berkembang, dan besar.
Sebagai perbandingan, percayalah, menulis tulisan ini atau menyampaikannya di Meksiko jauh lebih berbahaya ketimbang bekerja sebagai penjahat narkoba untuk rezim tersebut. Rezim itulah yang membunuh ribuan anak, remaja, perempuan, dan pria tak bersalah. Kekuatan kelam itulah yang kini mencengkeram Meksiko dan menjadikan warganya sebagai subjek teror, penyiksaan, penculikan, dan pembunuhan. Kekuatan gelap itu jualah yang membendung kebebasan berbicara, kekuatan jahat yang telah membunuh 82 jurnalis, 16 lainnya hilang, dan ratusan lainnya terancam dibunuh dalam sepuluh tahun terakhir. Sebanyak 80 persen masalah itu terjadi dalam administrasi presiden yang baru saja lengser, Felipe Calderon.
Kekuatan jahat itu pula yang membuat kejahatan terhadap jurnalis menjadi tak terhukum. Untuk mencuci tangannya yang berdarah, pemerintah Meksiko menyatakan telah memproses sejumlah oknum petugasnya yang melakukan kejahatan terhadap para jurnalis dan menyatakan telah melindungi profesi itu dengan sepenuh hati. Tapi, siapa pun tahu bahwa Meksiko kini adalah negara paling berbahaya di seluruh dunia untuk profesi wartawan. Rezim itu sama sekali tak memprosesnya, kecuali yang tak sesuai dengan kepentingannya. Dalam tiap sepuluh kasus kriminalisasi jurnalis, hanya satu yang diproses.
Krisis kebebasan berekspresi di Meksiko telah mencapai titik puncaknya. Media sudah begitu takut dan begitu terancam tergantung finansialnya terhadap pemerintah, juga sudah tak mampu lagi mengadvokasi jurnalis mereka yang terbunuh atau diancam atau menghilang. Ada semacam kepasifan, juga kurangnya solidaritas persatuan jurnalis. Itu bisa dipahami. Sebab, begitu membela yang teraniaya, media mereka bisa langsung dikriminalisasi.
Selain itu, ada ketakutan akan teror yang seram melihat sejumlah jurnalis dibunuh, kemudian dimutilasi, lantas potongan tubuhnya dibuang begitu saja di tempat sampah. Jadi, ketika ada salah satu media atau jurnalis dikriminalisasi ikut dalam sindikat, mereka tak bisa berbuat banyak. Meskipun, tuduhan pemerintah terhadap media atau jurnalis itu sering kurang bukti.
Setahun sembilan bulan lalu saya paham bahwa sangat sulit bertahan dalam kondisi barbar itu. Untuk merasakan desir angin di muka, menghirup udara segar, dan melihat senyum anak tercinta, itu belum cukup sebagai modal berjuang. Sebuah kehidupan yang membisu di depan angkara murka bukanlah sebuah kehidupan yang sebenarnya. Hidup membisu, tak berani bicara ketika terjadi korupsi, kejahatan, dan pembunuhan di depan mata sebenarnya sama saja dengan mati.
Untuk itulah, saya terus menyuarakan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan itu. Saya terus menulis mengenai Meksiko yang terus membusuk, di mana terjadi kolusi antara politisi, pelayan publik, dan pengusaha rakus. Sekarang ini Meksiko benar-benar membutuhkan para jurnalis yang berani sekaligus jujur, bersih, serta siap berjuang. Saya yakin bahwa komunitas internasional dan dunia media ikut berbagi tanggung jawab terhadapnya. Setidaknya untuk membantu kami mencapai tujuan-tujuannya. Tanpa kebebasan berekspresi, mustahil ada kemungkinan keadilan dan demokrasi.
Hari ini, saya telah dianugerahi Golden Pen of Freedom. Saya tak pernah berharap imbalan atas kerja yang saya lakukan. Karena itu, sungguh saya persembahkan penghargaan ini kepada seluruh jurnalis Meksiko, yang suaranya telah dibekap kematian, penghilangan paksa, dan sensor. Saya juga membaktikan penghargaan ini kepada para jurnalis Meksiko yang hingga saat ini masih menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi dan mencerdaskan meski dengan risiko yang besar.
Saya sendiri akan terus berjuang hingga napas saya terhenti. Saya tak peduli dengan risiko apa pun dan membuktikan bahwa masih banyak jurnalis, juga orang-orang, yang tak mau bertekuk lutut menyerah kepada negara kartel narkoba. Saya tak tahu berapa banyak hari, minggu, bulan, atau tahun yang masih saya miliki. Saya telah berada dalam daftar hitam serta target mati teratas dari orang yang kantongnya penuh dengan uang sogokan sindikat narkoba yang sekaligus kebal hukum. Saya tahu bahwa mereka menanti waktu yang tepat untuk membunuh saya.
Tapi, saya juga tahu bahwa saya tak punya apa-apa selain kebenaran. Suara saya dan tanggung jawab saya sebagai jurnalis akan terus pertahankan sampai mati. Jika hari (saya terbunuh) itu tiba, saya minta ingat-ingatlah saya seperti ini. Saya tak ingin menjadi sekadar data tambahan untuk daftar jurnalis yang terbunuh. Tapi, saya ingin dicatat sebagai salah satu di antara jurnalis yang berani melawan untuk hidup.
Adalah benar, orang Meksiko bertanggung jawab atas kegagalannya sendiri. Tapi, saya berharap komunitas internasional tak akan bekerja sama dengan rezim negara narkoba Meksiko. Saya berharap mereka menutup pintu perbatasan dan ekonomi untuk melemahkan rezim jahat itu. Juga menutup pintu bagi para pelaku rezim tersebut, seperti eks presiden, pengusaha, atau otak sindikat. Saya ingin hidup, tapi tak membisu. Sebab, diam adalah bentuk lain kematian itu sendiri.
Pagi hari, di toko.
We Found a Love~
Yah, kami sampai. Sampai ke pulau yang memang menjadi tujuan utama kami : SEMPU! sedikit curcol, ini salah satu tempat yang menjadi cita-cita saya semenjak SMK, dan baru kali ini terealisasi. Tapi tak pernah membuat kendur semangatku untuk menyelesaikannya, menuju ke pantai utamanya : SEGARA ANAKAN, pantai yang menarik menurutku, karena bentuknya yang gak seberapa besar, dikelilingi bukit-bukit batu yang indah. Ada sebuah lubang, yang merupakan tempat masuknya air dari samudera Hindia, sesekali, saat ombak besar datang, air laut masuk ke segara anakan, sangat indah.
Tapi, perjalanan kami tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena sifat tercela kami, sok tau, membuat kami melewati jalan yang salah. Ada tiga jalan yang tersedia, anggap saja jalan sebelah kanan, tengah dan kiri. Seharusnya, kami memilih jalan tengah, jalan normal. Atau paling tidak melewati jalan yang agak berat, jalan kanan, yang juga disebut sebagai jalannya para pecinta alam. Tapi, apa yang kami lakukan? Kami memilih jalan kiri!!! Dan itu ternyata merupakan jalan ke Telaga lele. Kesalahan paling mendasar sebenarnya sudah terlihat, kalau saja kami tak terlampau emosi saat itu, kalau saja logika kami sedikit berjalan saat itu, kalau saja semangat kami tak berlebihan ketika itu. Tujuan kami berada di bagian kanan pulau (dalam peta sudah terlihat), tapi kami memilih jalan ke kiri, what the fuck? #ah
Sudahlah, kami memilih jalan kiri, jalan yang sepertinya jarang dilewati orang, masih penuh dengan tumbuh-tumbuhan, semak belukar, duri, dan lumpur. Sudah tak terhitung tanganku berapa kali harus terkena duri, tersayat tumbuhan, dan kaki ku yang tersangkut akar. Sesuatu yang tak pernah berada dalam pikiranku sebelumnya adalah ketika aku harus melewati medan yang menanjak untuk mencapai pantai dan itu aku lakukan. Awalnya aku optimis sajalah, apalagi kami sesekali mendengar suara ombak, sungguh harapan kami untuk segera menemukan pantai menjadi begitu besarnya, dan besoknya kami baru tersadar bahwa itu adalah suara angin, "dasar angin PHP"-gumamku saat itu.
Hari semakin gelap, aku hampir berada di puncak sebenarnya, aku yang berada di depan ketika itu, tapi setelah aku hanya melihat semak belukar dan mustahil untuk melewatinya, aku memutuskan untuk turun. "Turun, gak mungkin ini jalannya, buntu!!" Kami mundur satu persatu, agak sulit karena memang agak curam. aku, odhan dan adir menunggu cukup lama di atas, sambil bercerita, makan, dan membayangkan yang aneh aneh. Kami menunggu sampai semua selesai dan sampai bawah. Setelah beberapa saat terlibat diskusi serius (sumpah, selama di komunikasi aku gak pernah terlibat diskusi se serius ini, it's really seriously discussion), kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat lapang dan membangun tenda untuk beristirahat.
Setelah menemukan tempat yang layak, kami memulai membangun tenda, menyiapakan dapur, dan beberapa melepaskan lelah. disinilah, kami menemukan sesuatu yang jarang sekali kami temui saat berada di tempat yang serba berada seperti surabaya. Kami menemukan cinta di tempat itu, entah dimana, yang jelas di pulau sempu. Kami bergotong royong, saling membantu, melakukan kegiatan bersama-sama (kecuali buang air), makan bersama, lapar bersama. Itu adalah salah satu momen dimana aku lebih memikirkan keadaan temanku daripada keadaanku sendiri, itu salah satu momen yang membuatku menemukan salah satu arti kehidupan.
Kikik melakukan kesalahan saat itu, dia gagal menanak nasi, tapi kami tak pernah marah kepadanya, mungkin hanya sesekali mengejeknya, agar dia lebih termotivasi ke depannya. Inilah salah satu bentuk perubahan kami, bayangkan saja kalau kikik melakukan kesalahan itu di tempat mapan seperti kampus kami, mungkin dia akan di hujat habis-habisan oleh teman-teman.
Karena kesalahan tadi, kami tak makan nasi untuk malam itu, kami juga tak mencoba untuk menanak nasi lagi, menyimpannya untuk besok pagi, kami hanya makan mie instan malam itu, tapi itu bukan masalah besar, kami tetap masih bisa tidur nyenyak malam itu. Mungkin beberapa dari kami terlibat obrolan menarik dengan geboy, sehingga mereka memutuskan hanya tidur-tiduran saja, sambil ngobrol dengan lakon utamanya adalah geboy. Begitu banyak masalah yang mereka bahas, sampai aku yang hanya mendengar beberapa saja, tak begitu mengerti arah pembicaraan mereka akan kemana, akan menghasilkan apa, dan akan membawa dampak apa. Aku memutuskan menyimpan tenaga saja untuk beraktifitas di pagi hari.
Karena suara berisik dari balik semak-semak, sekitar pukul 4 pagi aku terbangun, dengan sedikit khawatir, aku berbisik dengan adit yang dari tadi malam belum memejamkan matanya, "dit, celeng (babi hutan) dit.", bisikku ketika itu. Karena takut dengan babi hutan, langsung membalas, "kamu bangun aja, usir-en celengnya, aku belum tidur. aku takut celeng ndor". Setelah meminta korek api, aku bangun, mencoba melihat sekeliling dengan lampu, dan ternyata tak ada apa-apa. Aku mencoba langsung beranjak, memulai kegiatan. entah kenapa, aku pengen masak pagi itu, dengan korek api yang sudah aku pegang, aku menyalakan kompor, mencoba menanak nasi, sama dengan teknik yang di pakai kikik, hanya saja aku menggunakan api kecil. Pikirku, ini letak kesalahan kikik semalam, apinya terlalu besar, sehingga membuat plastik yang membungkus nasinya hanyut. Aku sendirian pagi itu, balum ada yang bangun. sedikit perasaan was-was sebenarnya, was-was bila tiba-tiba ada babi hutan datang dan menyerangku pagi itu. haha.
Dan ternyata caraku menanak nasi berhasil, yeah. Kikik bangun bersamaan dengan nasi yang sudah matang, kugoda dia, mengungkit kesalahannya tadi malam. Entah kenapa, dia selalu membela dirinya, seolah dia bukan biang dari nasi plastik yang dia buat kemarin malam. #ah
(cont)
Perjalanan Melelahkan...
Sebuah Inovasi
"Harusnya minimal satu minggu untuk perijinan sewa mobil polisi ini rif, cuma coba kamu buat surat ijinnya, nanti mama bantu follow up."
"Selama saya bekerja di sini ya mas, ijin seperti ini itu harus dua minggu sebelumnya minimal. dan baru kali ini saya buat ijin seperti ini satu jam selesai!!!"
"Aku mencintaimu. dan maaf kalau ini mennganggu hidupmu. Ini hanyalah satu pernyataan dan satu permohonan maaf, kau tak perlu menjawab apa-apa. Karena aku ingin belajar mencintaimu dengan ikhlas. Mencintaimu dengan sadar dan sabar.Mencintaimu tanpa tanda tanya. Mencintaimu dengan sederhana, sesederhana kau membuatku tersenyum hari ini. :) "
___Mungkin Tuhan belum mengijinkanku untuk mengucapkannya secara lisan malam ini___
Yang mengagumi dan mencintaimu,
Fajrin Marhaendra Bakti.
Thx to : Kika Dhersy Putri ~ perencana hidup untuk terbebas dari galau overdosis
Meng-Googling Jodoh
Cari Jodoh? Di Mana?
Seandainya dulu menjelang lulu SMK, kalo dikasih pilihan sama bapak buat kuliah atau kerja, mungkin aku lebih milih buat kerja. tapi bapak gak ngasih pilihan itu.
Seandainya dulu pas daftar SNMPTN, dikasih pilihan ITB atau ITS, pasti aku lebih milih ITB. tapi gak ada pilihan ITB, hanya ITS.
Seandainya kalo dulu pas milih ITS, dikasih pilihan seluas-luasnya milih jurusan mana aja tanpa liat kemampuan, aku pasti deh akan milih yang paling gak mungkin buatku, supaya aku gagal.
Seandainya kalo dulu pas tes bidang IPS, aku lebih milih tidur daripada ngerjakan ngawur. mungkin aku gak akan kuliah tahun ini, aku bisa menundanya, menunggu sampe SNMPTN tahun ini.
Seandainya....
"Sing Iling Lan Waspodo yo leh..." ~ ebesku (:*).
"Sing sabar lan nerimo sampeyan iku..." ~ emesku (:*).
"Tam, gantian talah..." ~ adekku (:*).
"Seng nggenah kon ndor!!!!" ~ sebagian besar koncoku. (:bighug)
"Semangat yo ai,,," ~ seseorang yang katanya PERNAH menyukai saya. (:D)
Sebagian pesan yang hampir selalu saya dapat ketika tahun masehi berada pada tanggal dua belas di bulan yang ke lima. Dan ini kalau saya hitung sudah sekitar enam sampai tujuh kali saya hampir mendapat pesan yang sama di tanggal dan bulan yang sama. Kecuali yang terakhir, hanya dua kali saya mendapati kata-kata itu di dua belas mei.
#ah, sudahlah. jangan diperlebar.
"Memperingati perjuangan ibu kita,
KARTINI, tidak hanya ber-kebaya untuk
melambangkan kecintaan kita padanya,
tetapi kita khususnya wanita, harus juga
mempraktekkan pengabdian dan perjuangan
beliau, yakni memperjuangkan kehidupan rakyat
yang tertindas.
#Selamat hari Kartini, Hari kebangkitan para Wanita Progresif "
~ M. Bisri (Nasionalis, Mahasiswa ilkom UA '11)
Y.Y
Baru tiga hari yang lalu ayahku dengan wajah berbunga-bunga dan sepertinya membawa berita gembira, dan bilang padaku, "leh, iki ada makanan buat kelinci, baru, harganya lebih murah daripada yang biasa kita beli. " Aku lalu menimpal, "Oh ya? bagus dong. emang berapa harganya?". "Rp. 9000/Kg, kalo biasa yang kita beli kan Rp. 6.500/Kg." Ayahku dengan semangat menjawab.
For this was sent on Seynt Valentyne's day ("Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus")
When every foul cometh there to choose his mate ("Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya")
GILA!!!
mungkin itu kata yang pas buat nggantiin hari itu, hari rabu, 28 Desember 2011! mungkin juga harus di ucapkan empat kali biar jadi GILA!!! GILA!!! GILA!!! GILA!!!
kenapa harus "GILA!!!" ? coba bayangin, dalam sehari mandor n friends ngasih kejutan buat banyak orang! siapa aja yang beruntung hari itu, akan beruntung seumur hidupnya, percaya deh. *sori, agak lebay* aku kasih tau deh, siapa aja yang beruntung, nyoh...