Hari ini saya mendapatkan kuliah komunikasi politik, yang salah satu bahasannya tentang "teknologi mempengaruhi sosial - budaya masyarakat". Pak Henry, dosen komunikasi politik, beranggapan bahwa teknologi berperan penting dalam mengubah peradaban manusia. Tetapi, dalam perspektif saya, teknologi hanya dijadikan sebagai alat saja. sebatas instrumen yang mendukung kepentingan dari segelintir orang, terutama orang-orang kapitalis. Teknologi hanya alat untuk memuluskan kepentingan mereka, menyebarkan paham kapitalis ke seluruh dunia.

Itu menurut saya, anda berhak berpendapat.
CMIIW,
samrodnam.


Kadang, aku hanya perlu merasa memilkimu~
Kadang, aku merasa perlu hanya memilikimu~
Kadang, aku perlu merasa hanya memilikimu~
Kadang, aku merasa hanya perlu memilikimu~
Kadang. aku perlu hanya merasa memilikimu~
Kadang, aku hanya merasa perlu mimilikimu~

perlu bukan berarti cukup,
bukan juga berarti harus

merasa bukan berarti mengalami,
bukan juga berarti nyata

memilikimu,
bukan berarti membuatmu semakin jauh

hanya saja,
hanya itu

oleh : samrodnam, di dini hari.







FORUM AKAR RUMPUT
KAMIS, 25 OKTOBER 2012
“MENUJU MAHASISWA KOMUNIKASI IDEAL (?) II”

Pengimplementasian rumusan – rumusan standar tentang mahasiswa komunikasi yang ideal menjadi bahasan penting sekaligus menjadi pekerjaan rumah bagi kita (mahasiswa komunikasi). Melalui diskusi dan pertukaran gagasan tentang cara – cara mengaplikasikan standar, kami dapat menemukan metode implementasi rumusan tersebut agar dapat terlaksanakan dengan baik.

Diskusi yang dilakukan di KBU Komunikasi Universitas Airlangga ini dimoderatori oleh Razif Akbar, mahasiswa ilmu komunikasi 2011. Pada awal diskusi, moderator membahas sedikit tentang hasil diskusi sebelumnya dan kemudian melanjutkan dengan memberikan sedikit pengantar. Pada kesempatan pertama, Fajrin (2011) berpendapat bahwa, sosialisasi hasil diskusi adalah yang terpenting agar mahasiswa mengerti tentang rumusan “mahasiswa komunikasi ideal”. Dengan adanya sosialisasi yang terencana, selanjutnya, para mahasiswa bisa mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk menjadi ideal. Setelah itu Bima (2009) menanggapi pendapat Fajrin, dia mengatakan ketika seseorang atau sekelompok orang melakukan idealisasi dapat bertemu musuh  atau penghalang utama, yakni idealisme diri.

Untuk itu menurut Ilmi (2009), sebelum melakukan sosialisasi, sebaiknya dilakukan kategorisasi tipe – tipe mahasiswa. Dia menambahkan jika langsung menerapkan ke seluruh mahasiswa, sulit untuk mendapat hasil maksimal. Sontak, pendapat Ilmi ditanggapi oleh anggota diskusi lainnya. Razif, selaku moderator ikut berpendapat. Menurutnya kategori mahasiswa bisa dibagi menurut aktivitasnya, yaitu (1) mahasiswa yang hanya kuliah pulang kuliah pulang atau biasa disebut kupu – kupu dan (2) mahasiswa setelah kuliah nongkrong bersama teman – temannya. Tapi, pendapat kedua ini masih bisa dibagi lagi, yaitu yang produktif dan tidak produktif. Kemudian forum menambahkan mahasiswa yang tidak pernah kuliah dan sering membolos.

Pendapat lainnya disampaikan oleh Bima (2009). Menurutnya, kategori mahasiswa juga dibagi menjadi dua berdasar kelompok-kelompok kecil (klik), yakni opinion leader dan followers. Pendapat ini disetujui oleh Tatit (2011), menurutnya, merangkul para opinion leader dari masing-masing kelompok agar followers mau untuk menjadi atau setidaknya berusaha menjadi mahasiswa ideal.

Berbeda dengan Bisri (2011) yang mengkategorikan mahasiswa melalui dua sudut pandang berbeda. Yang pertama, minat mahasiswa dan yang kedua adalah keaktifan mahasiswa. Minat yang dimaksudkan Bisri adalah minat pada hal praktis, teoritis, atau yang masih “magak” atau setengah-setengah. Untuk hal praktik dan teoritis mungkin sudah jelas, sedangkan “magak” Bisri menganggap bahwa mereka adalah mahasiswa yang melakukan sesuatu hanya ikut-ikutan. Selanjutnya, Bisri merasa bahwa ada dua macam mahasiswa, yaitu aktif dan kedua pasif. Mahasiswa aktif berarti siapa saja yang terlihat dikampus, terlepas dari kegiatannya dan mahasiswa pasif yang notabene jarang di kampus.

Melanjutkan pendapat Bisri, Luqman (2011) menyatakan, kepasifan mahasiswa bisa diatasi dengan melakukan kegiatan bersama seperti mengadakan acara bersama atau yang lainnya. Luqman juga berpendapat pentingnya menumbuhkan rasa kebersamaan antar angkatan dan dalam satu angkatan. Paradigma tentang kuliah harus dirubah, tidak hanya soal nilai yang akan didapat, melainkan ilmu baik secara teoritis maupun praktis dan juga kebersamaan sebagai keluarga. Fajrin melanjutkan, menurutnya kegiatan bersama seperti itu baiknya dilakukan secara konsisten. Defries (2011) menambahkan, menghargai satu sama lain juga adalah hal yang tiak kalah penting.

Melihat dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan, forum akhirnya menemukan beberapa titik temu cara implementasi menuju mahasiswa komunikasi yang ideal. Melalui pendekatan makro, yakni sosialisasi menjadi fokus utama. Pertama, bisa dilakukan ketika Baur Sedalu Komunikasi (BSK) dan Career Day. Ketika awal tahun mahasiswa baru, muncul pendapat tentang konsep career day sebaiknya dirubah. Selama ini, career day selalu membahas dunia luar pasca kita kuliah. Tapi tidak pernah sekalipun ada yang memberikan pengarahan bagaimana menciptakan iklim yang ideal menjadi mahasiswa komunikasi semasa kuliah. Kedua, bisa dilakukan dengan cara persuasi kawan-kawan mahasiswa yang tidak aktif untuk berkegiatan bersama. Ketiga, melalui HIMA,yakni agenda kerja HIMA yang dibuat secara fleksibel. Bisa juga dengan membuat masa trial club HIMA.

Tidak hanya dengan pendekatan makro tersebut yang telah disebutkan di atas, pendekatan mikro juga tidak bisa dilupakan, yaitu mencoba merangkul teman-teman yang kurang aktif atau pun pasi. Ketiga hal tersebut tidak bisa dilakukan jika kita tidak membuka diri dan saling menghargai satu sama lain.

Begitu lah hasil apa diskusi Forum Akar Rumput, kawan-kawan boleh sependapat atau tidak. Tetapi kami akan senang hati mengundang teman –teman sekalian untuk datang, ikut berdiskusi bersama sekaligus melatih kemampuan berpikir. Mencari solusi dan kemudian beraksi.

Salam,

FORUM AKAR RUMPUT 



"Pacaran itu simbol dari 'pengerdilan' makna ikatan cinta yang sangat dalam. Kita terlalu menganggap remeh. Dan kadang itu(pacaran) mengganggu banyak kegiatan positif kita. Tergantung orangnya seh~"

Pernyataan saya diatas beberapa hari yang lalu langsung ditanggapi oleh salah satu teman perempuan sesama aktivis di kampus. kurang lebih seperti ini :

"Oke kalo gitu, tak rewangi kon jomblo sampek ketemu wong seng bener-bener serius."

#ah
akhirnya setelah sekian lama, ada manusia yang sependapat dengan saya tentang hal asmara.


CMIIW,
samrodla.




Ketika saya mendekati atau menginginkan seseorang untuk paling tidak suka kepada saya, saya selalu menggunakan "cara kotor" yang pernah disampaikan oleh guru saya dulu.


Berbeda dengan saat ini, saya menggunakan "cara Tuhan" untuk merealisasikan keinginan saya terhadap anda, yang paling sederhana sekalipun.

Karena yang saya harapkan dari anda adalah benar yang sebenar-benarnya kebenaran. saya mencoba serius tapi tidak memaksakan.

~entahlah.



FORUM DISKUSI AKAR RUMPUT
KAMIS, 18 OKTOBER 2012
“MENUJU MAHASISWA KOMUNIKASI IDEAL (?)”

“Ideal” merupakan kata yang memiliki tingkat abstraksi tinggi dan kerap kali memunculkan perdebatan. Hal itu berlaku saat kita membahas mengenai konsep ideal seorang mahasiswa, terutama mahasiswa komunikasi. Melalui sebuah diskusi dengan tema “Menuju Mahasiswa Komunikasi Ideal (?)”, kami mencoba menemukan suatu  titik temu guna mendapat gambaran mahasiswa komunikasi ideal.  Lebih dari itu, kami juga ingin melatih kemampuan analisis dan logika berpikir.

Diskusi yang dilaksanakan di pelataran gedung B FISIP Unair dimoderatori oleh M. Bisri dan notulen, Fajrin MB yang keduanya merupakan mahasiswa komunikasi 2011. Pada awal diskusi, Bisri memberikan pengantar mengenai alasan pemilihan tema “Menuju Mahasiswa Komunikasi Ideal. Sontak, pengantar tersebut memantik argumen dari Prasasti (2011) yang berpendapat bahwa mahasiswa ilmu komunikasi ideal dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, pada tataran individual, ideal berarti kembali pada pemahaman individu. Masing-masing individu memiliki gambaran ideal sendiri dan seharusnya seorang mahasiswa dapat membawakan gambaran ideal tersebut. Pada tataran yang lebih luas, mahasiswa komunikasi yang ideal seharusnya bisa menguasai keseluruhan teori yang diajarkan, paling tidak memahami dasar atau inti teori-teori tersebut.

Hal ini bertolak belakang dengan pendapat dimas atau yang lebih dikenal dengan kembon (2009). Mas Kembon menyatakan bahwa mahasiswa ilmu komunikasi ideal seharusnya fokus dalam satu bidang tertentu. Dengan fokus itu pula, mahasiswa lebih bisa mengeksplorasi diri. Dimas menilai bahwa masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa yang tepat untuk mengembangkan kemampuan secara “bebas”. Poin itu juga yang diamini oleh Yoga atau Boni (2010), dia menambahakan bahwa keseimbangan secara teori maupun praktek sangatlah penting dalam membentuk mahasiswa yang ideal. Alangkah baiknya jika teori yang sudah didapat di perkuliahan dapat dipraktikan.

Menanggapi pernyataan Yoga, ilmi (2009) yang juga mantan Kahima Komunikasi, teringat tentang sistem pendidikan perguruan tinggi Indonesia yang dirasa belum matang. Dia juga memperdebatkan bahwa seharusnya ada batasan yang jelas, khusus untuk komunikasi, terkait dengan jenjang pendidikan Strata-1 atau Diploma. Dasar filosofis Strata-1 dan Diploma ini sebenarnya sudah jelas, namun dalam prakteknya berjalan dengan sedikit berbeda. Kalau memang jenjang pendidikan sebuah jurusan Strata-1, maka porsi riset dan analisis lebih besar daripada praktis. Itulah mengapa, jenjang pendidikan menentukan system kurikulum yang digunakan. Selain itu, perlu adanya penanaman pemahaman pada mahasiswa atas jenjang pendidikan yang sedang ditempuh.

Dalam diskusi yang dihadiri oleh delapan belas orang ini, pendapat mahasiswa ideal juga didapatkan dari sudut pandang luar komunikasi (eksternal). Pandangan pihak luar, khususnya teman-teman di FISIP, dapat menjadi masukan dalam proses idealisasi mahasiswa komunikasi. Salah satunya adalah pandangan bahwa mahasiswa Komunikasi Fisip Unair terlihat bersikap sombong dan merasa eksklusif. Pandangan tersebut diperkuat dengan beberapa kali konflik antara mahasiswa ilmu komunikasi dangan jurusan lain. Seharusnya, hal ini bisa menjadi otokritik atau bahan instrospeksi bagi mahasiswa Komunikasi Fisip Unair. Dalam menyikapi hal tersebut, Nadhliyah (2008) persepsi eksklusif yang seolah melekat pada mahasiswa Komunikasi hendaknya bukan hanya dimaknai secara positif saja, tetapi perlu juga adanya pembuktian diri bahwa kita, mahasiswa Komunikasi Fisip Unair, memiliki karya dalam bentuk apapun seperti film, foto, video, tulisan-tulisan, event, dan lain sebagainya. Jujur saja, secara kuantitas dan kualitas, karya mahasiswa Komunikasi Fisip Unair kalah dengan yang lain, terutama jurusan yang sama di kampus yang berbeda. Nadhliyah juga menambahkan bahwa jika kita memang sedang berkompetisi dalam menghasilkan karya-karya, kompetitor kita yang sebenarnya adalah mahasiswa Komunikasi dari Universitas lain. Bukan hanya saat kuliah saja, melainkan saat menghadapi dunia kerja.

Menilik hasil diskusi yang sudah dikemukakan, forum akhirnya menemukan beberapa titik temu mengenai mahasiswa komunikasi ideal. Pertama, mahasiswa komunikasi diharapkan dapat menguasai yang telah diajarkan. Teori yang didapat oleh kita seharusnya tidak berakhir menjadi memori yang terlupakan setelah kelas usai. Teori-teori yang didapat seharusnya dapat menjadi petunjuk, prediksi, atau lensa yang bisa digunakan untuk membaca realitas. Kedua, tidak hanya pemahaman secara teoritis saja, mahasiswa seharusnya dapat mengimbangi pemahaman tersebut dengan praktik. Ketiga, hal yang praksis itu pun akan lebih baik jika berbuah menjadi sebuah karya. Karya yang dihasilkan dapat berupa apa saja dan seharusnya dihasilkan secara berkala. Mahasiswa Komunikasi tidak seharusnya tidak berkarya atau berkarya sekali atau dua kali lalu berhenti. Keempat, walau mahasiswa Komunikasi Fisip Unair mempelajari banyak teori atau kajian atau praktis, alangkah baiknya bila kita sudah bisa berfokus pada satu bidang. Justru dengan fokus pada satu bidang itu lah, kita bisa mengeksplor lebih dalam bidang yang menjadi fokus kita. Dan terakhir yang juga merupakan poin penting yang kerap dilupakan oleh kita adalah menjaga hubungan dengan lingkungan sosial, dimulai dari hal yang paling dekat dengan komunikasi Fisip Unair.

Dari hasil diskusi Kamis lalu, Forum menemukan beberapa pandangan tentang mahasiswa komunikasi ideal. Yang jadi permasalahan kemudian adalah bagaimana teman-teman mahasiswa komunikasi yang lain dapat memahami dan paling tidak, sadar danmengetahui wacana ini. Teman-teman boleh sependapat atau tidak sependapat dengan forum. Oleh sebab itu, kami dengan senang hati mengundang teman-teman untuk datang, saling bertukar pikiran, mencari solusi, dan kemudian beraksi.


Salam,
FORUM AKAR RUMPUT

fajrin/rara/sasti/sugab/rendy/kopler/razif/verlita/tyan/luqman/yordhan/tatit/bisri/boni/aziz/taufiq/dimas/ilmi/bima/nadd



Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sering merasa perlu menulis tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah percintaan remaja. Ngasih saran ini itu, yang belum tentu bener, belum tentu mujarab buat diaplikasikan, dan yang pasti aku sendiri hanya sebatas teori dan harapan, kalaupun sudah aku lakukan, mungkin~ ... haha.

Kali ini tetep, cuma kelihatannya lebih nyanteh. aku pengen mendefinisikan teori baru tentang pendekatan. pendekatan kepada seseorang. teori ku kali ini bernama "TEORI KEKEKALAN HUBUNGAN", teori ini sifatnya agak eksak, karena aku mengambil hukum kekekalan energi  (hukum I termodinamika) dari ilmu alam sebagai dasar terciptanya teori ini. Dan juga hukum momentum dari Fisika sebagai penunjang dari teori ini. Kedua hukum tersebut sifatnya saling melengkapi, artinya menjadi kuat apabila keduanya berjalan beriringan satu tujuan. #ah

Langsung saja, coba kita cermati dan tela'ah hukum kekekalan energi yang berbunyi "Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi)". Setelah itu, coba kita masukkan dalam kehidupan sosial, kita konversikan kata "energi" menjadi kata "perasaan". Menurutku, keduanya memilki karakteristik yang sama, mereka tak ada yang menciptakan dan memusnahkan (Tuhan sebagai pengecualian) tetapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Perasaan itu datangnya mak bedunduk kalo kata temenku yang dari pare. Sejak lahir sudah tercipta, beriringan dengan kelahiran. Karena pada hakekatnya sudah ada layaknya energi, kita tak bisa memesan ataupun memilih mau yang bagaimana tipe perasaan yang akan ada di dalam tubuh kita. 

Tapi, perasaan bisa berubah ataupun kalau kita sudah benar-benar siap dan dewasa, kita bisa mengubah dan menyesuaikan perasaan kita. Kalo dalam psikologi, Shifting adalah cara yang bijak jika kita ingin menjadi orang yang gak mudah dipermainkan oleh perasaan orang lain atau bahkan oleh perasaan sendiri. Jika perasaan dimasukkan dalam hukum termodinamika (Kalor masuk = kalor keluar | perasaan masuk = perasaan keluar) yang dihubungkan dengan waktu, maka akan menghasilkan sesuatu yang menarik. analoginya akan seperti ini :


  • Ketika kita berbicara tentang benda, misal aspal, aspal jalan yang terkena panas pada siang hari, maka butuh waktu yang sama bagi aspal di jalan untuk melepaskan panas yang diterimanya pada malam harinya. Atau setrika yang dinyalakan dari posisi derajat panasnya rendah sehingga mencapai derajat panasnya tinggi, maka butuh waktu yang sama juga bagi setrika untuk kembali dari derajat panas tinggi ke posisi derajat panas rendah.

  • Sama halnya dengan perasaan, ketika mencoba merubah perasaan (sendiri maupun orang lain) usaha / waktu yang dibutuhkan akan sama dengan hasil / waktu yang didapatkan. langsung pada aplikasinya : kita mencoba mendekati seseorang, mencoba merebut hati, menumbuhkan perasaan suka, membuat seseorang tertarik kepada kita. maka, jika kita ingin perasaan suka / tertarik itu bertahan lama, maka dalam membangunnya pun harus dalam waktu yang gak instan. Ambil contoh pengalamanku yang pernah suka kepada seseorang, saat masih labil dulu, ketika aku berhasil membuat seseorang suka padaku hanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, sesingkat-sesingkat itu pula perasaan suka orang tersebut memudar. Aku pernah tak sengaja membuat orang suka (hanya suka, tak mencinta) padaku, tapi perasaan suka orang itu muncul setelah hampir 10 tahun kami berteman, akhirnya sampai sekarang dan insya Allah sampai kapanpun, kami akan terus menjadi teman baik, amin.
  • Tapi, menjadi persoalan lain jika kita ingin menciptakan hubungan yang lebih serius, yang lebih intens, yang kemungkinan akan berlanjut sampai bahtera pernikahan. 
Akan dibahas dalam tulisan berikutnya >>


Murni Subyektifitas,
CMIIW,
samrodnam. :)



Dompet, de-o-em-pe-e-te. Dompet. benda ini sempat kulupakan entah sudah berapa lama. Aku sudah lupa kapan terakhir kali pegang dompetku sendiri, menyimpannya dalam kantong belakang celanaku. Aku juga sudah lupa kapan terakhir kali aku bilang, “ambil sendiri(uang) di dompetku.” Kata-kata yang sering terucap setiap kali ada teman yang akan meminjam sebagian uangku. Aku bahkan sudah lupa kegunaan sebenarnya dari dompet, tujuan sebagian besar orang membelinya. Aku sudah lupa.

Baca selengkapnya »


By ~ Anabel Hernandez 
Jurnalis Penerima Golden Pen of Freedom 2012 Award

Setahun sembilan bulan lalu saya tak pernah bermimpi berada di sini. Tiap pagi saya terbangun dan mendapati fakta bahwa saya tinggal di sebuah negara yang dalam enam tahun terakhir lebih dari 60 ribu warganya terbunuh oleh pemerintah dan mafia. Ya, 60 ribu mata yang tak pernah bisa terbuka lagi. Sering saya terenyak ketika memeluk anak saya, ibu saya, dan saudara-saudara saya. Terenyak karena saya tinggal di sebuah negara yang lebih dari 18 ribu anak, remaja, dan orang tuanya tewas dalam perang melawan mafia narkoba. Ya, 18 ribu keluarga mereka tak bisa memeluk mereka lagi.  

Pada Desember 2010, ketika The Drug Lords, buku mengenai hasil kerja liputan investigatif saya selama lima tahun, terbit, buku itu juga menjadi vonis mati. Saya dijadikan target mati oleh sejumlah pejabat tinggi di Kementerian Keamanan Negara rezim Presiden Felipe Calderon. Sebab, buku tersebut mengungkap hubungannya dengan para penculik dan Kartel Sinaloa, salah satu kartel paling besar di dunia menurut DEA, badan narkoba AS.

Sejak 1 Desember 2010, kepala saya seolah sudah dipasangi banderol harga untuk dibunuh. Dan sejak saat itu pula, saya memutuskan berjuang demi hidup saya. Sebab, saya terancam kehilangan hal-hal yang paling saya cintai. Keluarga saya diserang, saudara perempuan saya berkali-kali dilecehkan di rumahnya sendiri oleh orang-orang tak dikenal yang bersenjata, dan orang-orang yang menjadi narasumber saya kini tak lebih menjadi deretan nama dalam daftar orang hilang. Atau terbunuh. Atau dipenjara dalam peradilan yang dipaksakan. Tiap hari saya terbangun dengan menanggung beban 

itu, juga tak pernah tahu kapan giliran saya tiba.      Seluruh dunia tahu bahwa kehidupan di Meksiko bagai di neraka. Tapi, dunia tak akan pernah tahu bagaimana kehidupan sehari-hari yang ada di sana. Tak pernah tahu bahwa apa yang terjadi di Meksiko mungkin tak akan pernah terjadi di bagian mana pun di dunia ini. Saya telah berkali-kali bertemu dengan jurnalis dari seluruh dunia yang telah datang ke Meksiko dalam beberapa tahun terakhir dan merasakan sendiri bagaimana mendebarkannya melakukan safari teror dan kematian.
Para wartawan itu telah melihat baku tembak, mayat bergelimpangan yang sering sudah tak utuh; telah menghitung seberapa banyak orang tergantung; dan mewawancarai pembunuh bayaran. Tapi, mereka tak pernah tahu dan sampai pada pangkal permasalahan.    

Pemenang Nobel Mario Vargas Llosa pernah berkata bahwa kediktatoran yang sempurna itu kini terjadi Meksiko. Yang terjadi di Meksiko sekarang adalah kediktatoran kriminal yang lengkap. Rezim paling ganas dalam sejarah kejahatan terorganisasi (mafia) yang jalin-menjalin berkelindan dengan kekuatan politik dan ekonomi, yang diperparah dengan sistem pemerintahan korup sekaligus mandul dalam penegakan hukum. Kombinasi itu menciptakan masyarakat yang begitu takut sehingga membuat rezim tersebut semakin tumbuh, berkembang, dan besar.

Sebagai perbandingan, percayalah, menulis tulisan ini atau menyampaikannya di Meksiko jauh lebih berbahaya ketimbang bekerja sebagai penjahat narkoba untuk rezim tersebut.      Rezim itulah yang membunuh ribuan anak, remaja, perempuan, dan pria tak bersalah. Kekuatan kelam itulah yang kini mencengkeram Meksiko dan menjadikan warganya sebagai subjek teror, penyiksaan, penculikan, dan pembunuhan. Kekuatan gelap itu jualah yang membendung kebebasan berbicara, kekuatan jahat yang telah membunuh 82 jurnalis, 16 lainnya hilang, dan ratusan lainnya terancam dibunuh dalam sepuluh tahun terakhir. Sebanyak 80 persen masalah itu terjadi dalam administrasi presiden yang baru saja lengser, Felipe Calderon.    

Kekuatan jahat itu pula yang membuat kejahatan terhadap jurnalis menjadi tak terhukum. Untuk mencuci tangannya yang berdarah, pemerintah Meksiko menyatakan telah memproses sejumlah oknum petugasnya yang melakukan kejahatan terhadap para jurnalis dan menyatakan telah melindungi profesi itu dengan sepenuh hati. Tapi, siapa pun tahu bahwa Meksiko kini adalah negara paling berbahaya di seluruh dunia untuk profesi wartawan. Rezim itu sama sekali tak memprosesnya, kecuali yang tak sesuai dengan kepentingannya. Dalam tiap sepuluh kasus kriminalisasi jurnalis, hanya satu yang diproses.    

Krisis kebebasan berekspresi di Meksiko telah mencapai titik puncaknya. Media sudah begitu takut dan begitu terancam tergantung finansialnya terhadap pemerintah, juga sudah tak mampu lagi mengadvokasi jurnalis mereka yang terbunuh atau diancam atau menghilang. Ada semacam kepasifan, juga kurangnya solidaritas persatuan jurnalis. Itu bisa dipahami. Sebab, begitu membela yang teraniaya, media mereka bisa langsung dikriminalisasi.

Selain itu, ada ketakutan akan teror yang seram melihat sejumlah jurnalis dibunuh, kemudian dimutilasi, lantas potongan tubuhnya dibuang begitu saja di tempat sampah. Jadi, ketika ada salah satu media atau jurnalis dikriminalisasi ikut dalam sindikat, mereka tak bisa berbuat banyak. Meskipun, tuduhan pemerintah terhadap media atau jurnalis itu sering kurang bukti.    

Setahun sembilan bulan lalu saya paham bahwa sangat sulit bertahan dalam kondisi barbar itu. Untuk merasakan desir angin di muka, menghirup udara segar, dan melihat senyum anak tercinta, itu belum cukup sebagai modal berjuang. Sebuah kehidupan yang membisu di depan angkara murka bukanlah sebuah kehidupan yang sebenarnya. Hidup membisu, tak berani bicara ketika terjadi korupsi, kejahatan, dan pembunuhan di depan mata sebenarnya sama saja dengan mati.

Untuk itulah, saya terus menyuarakan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan itu. Saya terus menulis mengenai Meksiko yang terus membusuk, di mana terjadi kolusi antara politisi, pelayan publik, dan pengusaha rakus. Sekarang ini Meksiko benar-benar membutuhkan para jurnalis yang berani sekaligus jujur, bersih, serta siap berjuang. Saya yakin bahwa komunitas internasional dan dunia media ikut berbagi tanggung jawab terhadapnya. Setidaknya untuk membantu kami mencapai tujuan-tujuannya. Tanpa kebebasan berekspresi, mustahil ada kemungkinan keadilan dan demokrasi.    

Hari ini, saya telah dianugerahi Golden Pen of Freedom. Saya tak pernah  berharap imbalan atas kerja yang saya lakukan. Karena itu, sungguh saya persembahkan penghargaan ini kepada seluruh jurnalis Meksiko, yang suaranya telah dibekap kematian, penghilangan paksa, dan sensor. Saya juga membaktikan penghargaan ini kepada para jurnalis Meksiko yang hingga saat ini masih menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi dan mencerdaskan meski dengan risiko yang besar.    

Saya sendiri akan terus berjuang hingga napas saya terhenti. Saya tak peduli dengan risiko apa pun dan membuktikan bahwa masih banyak jurnalis, juga orang-orang, yang tak mau bertekuk lutut menyerah kepada negara kartel narkoba. Saya tak tahu berapa banyak hari, minggu, bulan, atau tahun yang masih saya miliki. Saya telah berada dalam daftar hitam serta target mati teratas dari orang yang kantongnya penuh dengan uang sogokan sindikat narkoba yang sekaligus kebal hukum. Saya tahu bahwa mereka menanti waktu yang tepat untuk membunuh saya.

Tapi, saya juga tahu bahwa saya tak punya apa-apa selain kebenaran. Suara saya dan tanggung jawab saya sebagai jurnalis akan terus pertahankan sampai mati.      Jika hari (saya terbunuh) itu tiba, saya minta ingat-ingatlah saya seperti ini. Saya tak ingin menjadi sekadar data tambahan untuk daftar jurnalis yang terbunuh. Tapi, saya ingin dicatat sebagai salah satu di antara jurnalis yang berani melawan untuk hidup.    

Adalah benar, orang Meksiko bertanggung jawab atas kegagalannya sendiri. Tapi, saya berharap komunitas internasional tak akan bekerja sama dengan rezim negara narkoba Meksiko. Saya berharap mereka menutup pintu perbatasan dan ekonomi untuk melemahkan rezim jahat itu. Juga menutup pintu bagi para pelaku rezim tersebut, seperti eks presiden, pengusaha, atau otak sindikat.      Saya ingin hidup, tapi tak membisu. Sebab, diam adalah bentuk lain kematian itu sendiri.


Sebenarnya wejangan bapak kali ini, kalau aku analisa, berlatang belakang kejadian di pagi hari dan sore hari sebelum kami berbuka puasa di hari itu. kronologisnya kurang lebih seperti ini :

Pagi hari, di toko.


Aku terlibat bincang-bincang dengan om ku. yang dulu ketika aku sekolah di malang, aku bertempat tinggal di rumahnya. Perbincangan yang awalnya biasa-biasa saja itu, hanya sebatas bertanya tentang keadaan ku setelah lulus SMK, keadaan kampus, teman-temanku yang baru, hanya itu saja. Tapi di akhir perbincangan kami, beliau yang mengetahui bahwa bulan lalu aku pergi ke pulau sempu, langsung berceloteh dengan nada yang cukup keras, terlihat begitu semangat :

Baca selengkapnya »


We Found a Love~

Yah, kami sampai. Sampai ke pulau yang memang menjadi tujuan utama kami : SEMPU! sedikit curcol, ini salah satu tempat yang menjadi cita-cita saya semenjak SMK, dan baru kali ini terealisasi. Tapi tak pernah membuat kendur semangatku untuk menyelesaikannya, menuju ke pantai utamanya : SEGARA ANAKAN, pantai yang menarik menurutku, karena bentuknya yang gak seberapa besar, dikelilingi bukit-bukit batu yang indah. Ada sebuah lubang, yang merupakan tempat masuknya air dari samudera Hindia, sesekali, saat ombak besar datang, air laut masuk ke segara anakan, sangat indah.

Tapi, perjalanan kami tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena sifat tercela kami, sok tau,  membuat kami melewati jalan yang salah. Ada tiga jalan yang tersedia, anggap saja jalan sebelah kanan, tengah dan kiri. Seharusnya, kami memilih jalan tengah, jalan normal. Atau paling tidak melewati jalan yang agak berat, jalan kanan, yang juga disebut sebagai jalannya para pecinta alam. Tapi, apa yang kami lakukan? Kami memilih jalan kiri!!! Dan itu ternyata merupakan jalan ke Telaga lele. Kesalahan paling mendasar sebenarnya sudah terlihat, kalau saja kami tak terlampau emosi saat itu, kalau saja logika kami sedikit berjalan saat itu, kalau saja semangat kami tak berlebihan ketika itu. Tujuan kami berada di bagian kanan pulau (dalam peta sudah terlihat), tapi kami memilih jalan ke kiri, what the fuck? #ah

Sudahlah, kami memilih jalan kiri, jalan yang sepertinya jarang dilewati orang, masih penuh dengan tumbuh-tumbuhan, semak belukar, duri, dan lumpur. Sudah tak terhitung tanganku berapa kali harus terkena duri, tersayat tumbuhan, dan kaki ku yang tersangkut akar. Sesuatu yang tak pernah berada dalam pikiranku sebelumnya adalah ketika aku harus melewati medan yang menanjak untuk mencapai pantai dan itu aku lakukan. Awalnya aku optimis sajalah, apalagi kami sesekali mendengar suara ombak, sungguh harapan kami untuk segera menemukan pantai menjadi begitu besarnya, dan besoknya kami baru tersadar bahwa itu adalah suara angin, "dasar angin PHP"-gumamku saat itu.

Hari semakin gelap, aku hampir berada di puncak sebenarnya, aku yang berada di depan ketika itu, tapi setelah aku hanya melihat semak belukar dan mustahil untuk melewatinya, aku memutuskan untuk turun. "Turun, gak mungkin ini jalannya, buntu!!" Kami mundur satu persatu, agak sulit karena memang agak curam. aku, odhan dan adir menunggu cukup lama di atas, sambil bercerita, makan, dan membayangkan yang aneh aneh. Kami menunggu sampai semua selesai dan sampai bawah. Setelah beberapa saat terlibat diskusi serius (sumpah, selama di komunikasi aku gak pernah terlibat diskusi se serius ini, it's really seriously discussion), kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat lapang dan membangun tenda untuk beristirahat.

Setelah menemukan tempat yang layak, kami memulai membangun tenda, menyiapakan dapur, dan beberapa melepaskan lelah. disinilah, kami menemukan sesuatu yang jarang sekali kami temui saat berada di tempat yang serba berada seperti surabaya. Kami menemukan cinta di tempat itu, entah dimana, yang jelas di pulau sempu. Kami bergotong royong, saling membantu, melakukan kegiatan bersama-sama (kecuali buang air), makan bersama, lapar bersama. Itu adalah salah satu momen dimana aku lebih memikirkan keadaan temanku daripada keadaanku sendiri, itu salah satu momen yang membuatku menemukan salah satu arti kehidupan.

Kikik melakukan kesalahan saat itu, dia gagal menanak nasi, tapi kami tak pernah marah kepadanya, mungkin hanya sesekali mengejeknya, agar dia lebih termotivasi ke depannya. Inilah salah satu bentuk perubahan kami, bayangkan saja kalau kikik melakukan kesalahan itu di tempat mapan seperti kampus kami, mungkin dia akan di hujat habis-habisan oleh teman-teman.

Karena kesalahan tadi, kami tak makan nasi untuk malam itu, kami juga tak mencoba untuk menanak nasi lagi, menyimpannya untuk besok pagi, kami hanya makan mie instan malam itu, tapi itu bukan masalah besar, kami tetap masih bisa tidur nyenyak malam itu. Mungkin beberapa dari kami terlibat obrolan menarik dengan geboy, sehingga mereka memutuskan hanya tidur-tiduran saja, sambil ngobrol dengan lakon utamanya adalah geboy. Begitu banyak masalah yang mereka bahas, sampai aku yang hanya mendengar beberapa saja, tak begitu mengerti arah pembicaraan mereka akan kemana, akan menghasilkan apa, dan akan membawa dampak apa. Aku memutuskan menyimpan tenaga saja untuk beraktifitas di pagi hari.

Karena suara berisik dari balik semak-semak, sekitar pukul 4 pagi aku terbangun, dengan sedikit khawatir, aku berbisik dengan adit yang dari tadi malam belum memejamkan matanya, "dit, celeng (babi hutan) dit.", bisikku ketika itu. Karena takut dengan babi hutan, langsung membalas, "kamu bangun aja, usir-en celengnya, aku belum tidur. aku takut celeng ndor". Setelah meminta korek api, aku bangun, mencoba melihat sekeliling dengan lampu, dan ternyata tak ada apa-apa. Aku mencoba langsung beranjak, memulai kegiatan. entah kenapa, aku pengen masak pagi itu, dengan korek api yang sudah aku pegang, aku menyalakan kompor, mencoba menanak nasi, sama dengan teknik yang di pakai kikik, hanya saja aku menggunakan api kecil. Pikirku, ini letak kesalahan kikik semalam, apinya terlalu besar, sehingga membuat plastik yang membungkus nasinya hanyut. Aku sendirian pagi itu, balum ada yang bangun. sedikit perasaan was-was sebenarnya, was-was bila tiba-tiba ada babi hutan datang dan menyerangku pagi itu. haha.

Dan ternyata caraku menanak nasi berhasil, yeah. Kikik bangun bersamaan dengan nasi yang sudah matang, kugoda dia, mengungkit kesalahannya tadi malam. Entah kenapa, dia selalu membela dirinya, seolah dia bukan biang dari nasi plastik yang dia buat kemarin malam. #ah
(cont)



Perjalanan Melelahkan...

Tiba saatnya, setelah semalaman packing perlengkapan di tas carrier yang akan aku bawa selama commcamp berlangsung. Lelah, itu mungkin kata yang sempat terbesit di benakku saat itu. Yah, aku benar-benar lelah! Tenagaku seolah habis hanya untuk persiapan saja. Tetapi, rasa lelah itu sirna ketika aku melihat seyuman dari setiap teman-temanku yang ikut commcamp, rasanya semua kerja keras untuk persiapan terbayar lunas pagi itu. Tulang-tulangku yang serasa tercerai berai perlahan kembali bersatu satu sama lain. Memang, tak ada yang lebih indah di dunia ini daripada ketika kita bisa membuat orang lain bahagia karena kerja keras kita. #menurutku

Keberangkatan kami sebenarnya agak meleset dari perkiraan awal, dari yang mulanya di jadwalkan berangkat pukul 08.00, meleset sampai sekitar pukul 08.30. Tapi, itu sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan acara-acara 'mbolang' kami sebelumnya yang bisa molor sampai 2 jam! oke, itu bukan fokus utama, yang penting kami bisa berangkat saat itu, ketika kami selesai memanjatkan do'a bersama, berharap ridho dari yang Maha Kuasa. 

Baca selengkapnya »


Sebuah Inovasi

UAS membuatku jenuh, jenuh karena aku hanya harus duduk kurang lebih selama 1 - 1,5 jam untuk mengerjakan soal-soal. aku jenuh karena itu. Lebih jenuh lagi ketika aku harus mengerjakan pengganti UAS, menyusun essay di rumah, sendirian. aku lebih jenuh karenanya. Tapi aku bersyukur, karena aku sering jenuh, aku jadi lebih kreatif, lebih inovatif dan tentunya menjadi lebih bergairah.

yah, bergairah.

Ada dua hal yang membuatku bergairah akhir-akhir ini, kebiasaanku yang "pethakilan" (baca: susah diam) dan seorang wanita muslim yang membuat hati saya bergetar :). oke, cukup.

Langsung menuju ke maksud dan tujuanku membuat tulisan ini, menceritakan tentang sebuah inovasi yang aku ciptakan karena dua hal yang membuat aku lebih bergairah tadi. inovasi yang belum pernah ada di prodi ilmu komunikasi UNAIR, sama seperti ketika aryok bikin "commersale", itu menurutku sebuah inovasi brilian yang ketika itu aku hanya anak cupu yang baru tahu suasana kampus. Dulu aku berkata dalam hati : "arek iki (aryok) mbois, kelak saya akan mengikuti jejaknya. Suatu saat nanti." #okesip

Dan sepertinya aku sudah merealisasikan isi hatiku itu. Yah, kemarin (beberapa hari yang lalu) aku membuat sebuah inovasi, sebuah acara untuk lebih merekatkan mahasiswa Ilmu Komunikasi UNAIR. Mungkin gak semua ikut sih, cuma menurutku mereka sudah mewakili semua "golongan", kelompok-kelompok kecil yang selama ini mereka bentuk, membuat mereka terpisah-pisah. Mungkin fisik ketemu, obrolan mengalir, tapi ideologi mereka berlainan. Mungkin mereka lebih sibuk memikirkan nilai huruf / angka selama ini, hanya segelintir orang yang memikirkan nilai-nilai selain itu. 

Aku, kiki, ayip, tatit. empat orang. cukup, untuk setidaknya membuat sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk kedepannya. amin. Dengan basmalah, kami memulai perjuangan membuat sebuah acara baru : commcamp! 

Sebenernya pesimis bakal terealisasi, cuma sekali lagi : aku sedang bergairah! Dengan memanfaatkan link-link yang ada, kami mengurus beberapa perijinan kurang dari satu minggu. Dari sekian banyak aku bikin acara, sampai saat ini mungkin ini yang paling mepet persiapannya, yang paling mustahil realisasinya. Waktu itu hari selasa, dan kami merencanakan keberangkatan hari sabtu! praktis, hanya 4 hari persiapan kami. Dan baru hari itu juga kami mulai punya pikiran untuk menyewa truck pasukan kepolisian. 

Tapi kami optimis, dengan bantuan ibuknya ayip, semua "bisa diatur", direalisasikan secepat mungkin. Dan yah, besok kami sudah dapat kepastian untuk bisa memakai kendaraan polisi.

"Harusnya minimal satu minggu untuk perijinan sewa mobil polisi ini rif, cuma coba kamu buat surat ijinnya, nanti mama bantu follow up." 

 ~ ibuk Lia Damayanti (ibuknya ayip)

Setelah perijinan transportasi tuntas, muncul satu masalah baru : perijinan lokasi camp(pulau sempu)! Hari rabu malam aku baru tahu kalau akan camp di pulau sempu harus ijin terlebih dahulu kepada BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Provinsi Jawa Timur dibawah dinas perhutanan. Waktu itu aku langsung was was, aku hubungi kiki dan tatit. kiki terlihat 'gak nyanteh', sedangkan tatit tetap dengan gaya nya, mengalir sajalah. Aku sempat heran dengan tatit, kenapa dia bisa sangat santai dengan keadaan yang bisa saja mengancam pemberangkatan kami? #ah, ternyata ia punya maksud sendiri, dia punya Jalur dalam! setelah tahu ini, kekhawatiranku sedikit berkurang.

Besok, aku langsung membuat perijinan yang ditujukan untuk kepala BKSDA Jatim dengan tujuan nge-camp di pulau sempu. setelah jadi, giliran tatit dan kopler menjalankan tugas mulia, menyampaikan suratnya ke kantor BKSDA. Dan, benar. sesuai prediksi awal. Permohonan kami ditolak, alasannya : kami terlalu mepet mengajukan ijin!

Oke, ijin kami ditolak, commcamp kami terancam batal. Tapi, ada tindakan dari tatit yang membuat saya salut kepadanya saat itu, dia belum mau menyerah! mengupayakan semua cara untuk memuluskan perijinan. Dan akhirnya, ia memilih mengambil jalan nepotisme, meminta bantuan ibuknya yang tak lain adalah salah satu anggota DPRD Jatim bidang perhutanan dan kelautan, untuk melobi kepala dinas kehutanan provinsi Jatim. 

Efektif, cara tatit benar-benar efektif. Besoknya, hari Jumat setelah sholat jumat, Tatit tiba-tiba menghubungi aku, meminta daftar peserta yang ikut kegiatan kami. Aku sebenarnya tak tahu apa maksudnya, tapi dia bilang, "wes talah, cepet. penting iki." oke, aku gak banyak bertanya. Beberapa saat kemudian, dia sms : "awkmu nandi? entenono ak, maringono aku nang kampus." Yah, aku memang sedang di kampus saat itu, mengupayakan perlengkapan yang akan kami bawa untuk keperluan bersama.

Tak disangka, ternyata tatit membawa kabar gembira. Ijin untuk kami keluar! yes. Aku penasaran dengan cara tatit mendapatkan ijin itu, sampai aku bertanya : "kok isok? yok opo ceritane?" Tatit menceritakan dengan gamblang, intinya dia minta bantuan ibuknya untuk melobi kepala dinas kehutanan Jatim lalu diteruskan untuk melobi kepala BKSDA Jatim, mudah. benar-benar mudah untuk dia. Ada pernyataan dari staff BKSDA yang menarik buat saya, kurang lebih seperti ini :

"Selama saya bekerja di sini ya mas, ijin seperti ini itu harus dua minggu sebelumnya minimal. dan baru kali ini saya buat ijin seperti ini satu jam selesai!!!"


~staff BKSDA, dengan nada sewot.

Kami tak memedulikannya, yang penting saat itu kami sudah sedikit lega karena semua perijinan sudah rampung. setelah perlengakapan semua terkoordinir, kami (aku, kiki, ayip, tatit, kopler, jemblung, razif, odhan, dan semua yang datang saat itu) memutuskan untuk memepersiapkan diri untuk keberangkatan kami keesokan harinya.


"Aku mencintaimu. dan maaf kalau ini mennganggu hidupmu. Ini hanyalah satu pernyataan dan satu permohonan maaf, kau tak perlu menjawab apa-apa. Karena aku ingin belajar mencintaimu dengan ikhlas. Mencintaimu dengan sadar dan sabar.Mencintaimu tanpa tanda tanya. Mencintaimu dengan sederhana, sesederhana kau membuatku tersenyum hari ini. :) "


___Mungkin Tuhan belum mengijinkanku untuk mengucapkannya secara lisan malam ini___

Yang mengagumi dan mencintaimu,
Fajrin Marhaendra Bakti.




Thx to : Kika Dhersy Putri ~ perencana hidup untuk terbebas dari galau overdosis

Meng-Googling Jodoh

Cari Jodoh? Di Mana?


Tulisan kali ini sebenernya hasil resume dari bacaanku tadi siang, saat jaga toko, ada waktu luang, ada kesempatan baca, kebetulan koran juga masih baru (Jawa Pos, 18 Juni 2012 ~ For Her). Keinginanku untuk "sekedar membaca" berubah menjadi "ketagihan membaca", gara-gara tulisan yang mirip dengan / merepresentasikan keadaanku saat ini *ciiyyyeee*. langsung aja yah, langsung ke topik.

(Backsound) #np Cari Jodoh ~ Wali

Suatu sore, saat yang tepat untuk bercakap-cakap santai dengan dua orang teman kala itu. Karena terbawa suasana senja, akhirnya kami jadi galau. Menerawang karena kami bertiga tak punya hubungan berprospek gemilang untuk masa depan. Jangankan pasangan, calon pun tak punya, nihil. kami mulai berandai-andai google bisa mencarikan jodoh untuk kami. betapa bahagianya, dan google akan menjadi "nabi" di era millenium.

Baca selengkapnya »


Seandainya dulu menjelang lulu SMK, kalo dikasih pilihan sama bapak buat kuliah atau kerja, mungkin aku lebih milih buat kerja. tapi bapak gak ngasih pilihan itu.

Seandainya dulu pas daftar SNMPTN, dikasih pilihan ITB atau ITS, pasti aku lebih milih ITB. tapi gak ada pilihan ITB, hanya ITS.

Seandainya kalo dulu pas milih ITS, dikasih pilihan seluas-luasnya milih jurusan mana aja tanpa liat kemampuan, aku pasti deh akan milih yang paling gak mungkin buatku, supaya aku gagal.

Seandainya kalo dulu pas tes bidang IPS, aku lebih milih tidur daripada ngerjakan ngawur. mungkin aku gak akan kuliah tahun ini, aku bisa menundanya, menunggu sampe SNMPTN tahun ini.

Seandainya....

Baca selengkapnya »



Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,

Baca selengkapnya »


"Sing Iling Lan Waspodo yo leh..." ~ ebesku (:*).
"Sing sabar lan nerimo sampeyan iku..." ~ emesku (:*).
"Tam, gantian talah..." ~ adekku (:*).
"Seng nggenah kon ndor!!!!" ~ sebagian besar koncoku. (:bighug)
"Semangat yo ai,,," ~ seseorang yang katanya PERNAH menyukai saya. (:D)

Sebagian pesan yang hampir selalu saya dapat ketika tahun masehi berada pada tanggal dua belas di bulan yang ke lima. Dan ini kalau saya hitung sudah sekitar enam sampai tujuh kali saya hampir mendapat pesan yang sama di tanggal dan bulan yang sama. Kecuali yang terakhir, hanya dua kali saya mendapati kata-kata itu di dua belas mei.

#ah, sudahlah. jangan diperlebar.

Baca selengkapnya »


"Memperingati perjuangan ibu kita, 

KARTINI, tidak hanya ber-kebaya untuk

 melambangkan kecintaan kita padanya,

 tetapi kita khususnya wanita, harus juga

 mempraktekkan pengabdian dan perjuangan 

beliau, yakni memperjuangkan kehidupan rakyat

 yang tertindas.

 #Selamat hari Kartini, Hari kebangkitan para Wanita Progresif

~ M. Bisri (Nasionalis, Mahasiswa ilkom UA '11)

Raden Ajeng (RA) Kartini dilahirkan dalam lingkungan keluarga terpandang sekaligus terdidik. Kakeknya, pangeran Tjondronegoro sangat peduli pendidikan. Laki-laki yang semasa hidupnya pernah  memimpin rakyat demak itu, mendatangkan guru dari Belanda untuk mendidik anak-anaknya, yang salah satunya adalah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, ayah Kartini. Budaya yang sangat baik ini, dilanjutkan oleh Sosroningrat salah satu wujudnya adalah mengirim kakak Kartini, Sosrokartono, belajar ke Eropa. Ditengah lingkungan terdidik ini Kartini tumbuh menjadi perempuan cerdas sekaligus humanis.

Baca selengkapnya »


Y.Y


Baru tiga hari yang lalu ayahku dengan wajah berbunga-bunga dan sepertinya membawa berita gembira, dan bilang padaku, "leh, iki ada makanan buat kelinci, baru, harganya lebih murah daripada yang biasa kita beli. " Aku lalu menimpal, "Oh ya? bagus dong. emang berapa harganya?". "Rp. 9000/Kg, kalo biasa yang kita beli kan Rp. 6.500/Kg." Ayahku dengan semangat menjawab.

Baca selengkapnya »


For this was sent on Seynt Valentyne's day ("Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus")
When every foul cometh there to choose his mate ("Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya")

Itulah sepenggal tulisan dari sastrawan Inggris yang sangat terkenal pada awal abad ke-14Geoffrey Chaucer, dalam karya nya yang berjudul : Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung). Dimana pada saat itu mayoritas orang mempercayai bahwa pada tanggal 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangannya (tentunya dengan sesama burung, kecuali burung onta) untuk kawin. Pada zaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari itu dan memanggil pasangan mereka "Valentine" mereka. 



Dan itu hanyalah legenda orang barat, bagaimana dengan hari ini? 2012 men! woy 2012! masih jaman tukeran catetan? sekarang udah lewat jamannya bluetooth bro, udah nyampek jaman wireless n paperless. Bukan jamannya lagi cewek terkagum-kagum sama pujangga dan penyair. Bilang yang sebenernya, cocok, cuss deh!!!  Dan pertanyaannya sekarang, bagaimana kita menyikapi tanggal 14 Februari 2012? haruskah kita merayakannya juga?

Baca selengkapnya »


buk, Ibuk....
ibuk....

kata yang setiap hari selalu diucapakan lidah, mungkin sering tanpa disadari atau hanya sekedar untuk meminta manja darinya. kita lebih sering meminta daripada memberi sesuatu yang berharga untuknya. Tetapi, dia memang tidak pernah menuntut kita untuk memberi / membalas semua pengorbanannya. dia senantiasa ikhlas dalam segala hal, keluhannya kadang hanya sebagai luapan letih badannya setelah seharian penuh bekerja untuk kita.

Baca selengkapnya »


GILA!!!


mungkin itu kata yang pas buat nggantiin hari itu, hari rabu, 28 Desember 2011! mungkin juga harus di ucapkan empat kali biar jadi GILA!!! GILA!!! GILA!!! GILA!!!

kenapa harus "GILA!!!" ? coba bayangin, dalam sehari mandor n friends ngasih kejutan buat banyak orang! siapa aja yang beruntung hari itu, akan beruntung seumur hidupnya, percaya deh. *sori, agak lebay* aku kasih tau deh, siapa aja yang beruntung, nyoh...

Baca selengkapnya »


Diberdayakan oleh Blogger.